https://sabang.times.co.id/
Berita

Selalu Berdalih, Israel Lanjutkan Aksi Genosida Brutalnya di Gaza

Kamis, 20 November 2025 - 15:39
Selalu Berdalih, Israel Lanjutkan Aksi Genosida Brutalnya di Gaza Anak-anak Palestina bermain ayunan di antara reruntuhan bangunan, di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza utara, pada 19 November 2025 (FOTO: Arab News/Reuters)

TIMES SABANG, JAKARTA – Tentara Israel melanjutkan aksi brutal dalam aksi genosidanya di Jalur Gaza, Kamis (20/11/2025) pagi hingga siang, sehari setelah mereka membunuh 28 warga Palestina lewat serangkaian serangan.

Tentara Israel selalu berdalih serangannya itu mentargetkan para pemimpin Brigade Qassam. Padahal yang mereka bunuh sebenarnya adalah warga sipil Palestina. Hamas juga membantah bahwa obyek sasaran tentara Israel adalah tempat para pemimpin Brigade Qassam. 

Gerakan tersebut menuduh tentara zionis itu telah berbohong dengan  klaim dan tuduhan bahwa tempat yang mereka targetkan adalah tempat Brigade Qassam. "Itu adalah rekayasa dan kebohongan belaka dari Israel. Mereka berusaha melanjutkan  genosida di Gaza," kata mereka.

Pertahanan Sipil di Gaza, seperti dilansir Al Jazeera mengonfirmasi bahwa tewasnya 3 warga Palestina hari ini meninggal dunia akibat serangan bom pesawat-pesawat Israel terhadap sebuah rumah di daerah Bani Suheila, timur Khan Younis, di Jalur Gaza selatan.

Kompleks Medis Nasser melaporkan, bahwa seorang warga Palestina juga meninggal dunia akibat tembakan pesawat tak berawak Israel di luar garis kuning di kota Abasan al-Kabira, sebelah timur Khan Yunis.

Seorang wanita Palestina meninggal dunia dan beberapa lainnya terluka dalam serangan artileri yang menargetkan rumah-rumah di lingkungan Shuja'iyya, sebelah timur Kota Gaza . Ini terjadi beberapa jam setelah Israel juga melancarkan serangkaian serangan di permukiman di kota Gaza dan Khan Younis.

Sumber di rumah sakit di sektor tersebut melaporkan bahwa serangan tersebut mengakibatkan 28 warga Palestina meninggal dunia  dan 77 lainnya luka-luka sejak Rabu pagi.

Sebuah sumber di Rumah Sakit Baptis melaporkan, bahwa enam warga Palestina meninggal dunia dan beberapa lainnya, termasuk perempuan dan anak-anak, terluka dalam serangan udara Israel terhadap sebuah bangunan yang menampung para pengungsi di lingkungan Zeitoun, tenggara Kota Gaza.

Sumber tersebut menambahkan bahwa beberapa korban luka berada dalam kondisi kritis.

Sumber medis di Kompleks Medis Nasser mengonfirmasi bahwa 3 orang juga meninggal dunia beberapa lainnya terluka dalam pemboman pesawat tak berawak Israel terhadap tenda-tenda pengungsi di daerah Al-Mawasi , sebelah barat kota Khan Yunis.

Di Kota Gaza, sebuah sumber di ambulans dan layanan darurat melaporkan bahwa dua warga Palestina meninggal dunia dan lebih dari 10 lainnya terluka, beberapa di antaranya serius, akibat serangan udara dan penembakan artileri di daerah di luar garis kuning di lingkungan Shuja'iyya, sebelah timur kota.

Seorang wanita juga terluka oleh tembakan tentara Israel di Jalan Yafa di lingkungan Al-Tuffah , timur laut Kota Gaza.

"Kematian telah dimulai lagi. Saya tidak tahu apa yang diinginkan Israel dan dunia dari kami? Pembunuhan dan pengeboman tidak pernah berhenti. Saya kembali ke Gaza pada hari Minggu bersama keluarga saya setelah setahun mengungsi di selatan," ujar Ashraf Abu Sultan dari Kota Gaza mengatakan kepada AFP.

"Kami hampir tidak berhasil memperbaiki satu pun kamar di rumah kami yang hancur untuk mencoba menetap. Baru dua hari yang lalu, pengeboman dan kematian dimulai lagi. Mereka tidak memberi kami kesempatan untuk bernapas," katanya.

Sementara itu seorang pengungsi dari Kota Gaza di wilayah Al-Mawasi, Nevin Ahmed menceritakan apa yang disaksikannya.

"Israel telah menjungkirbalikkan dunia dalam sedetik. Tiba-tiba pengeboman dimulai. Saya sedang berbicara dengan tetangga saya ketika kami mendengar suara pengeboman dan melihat asap mengepul. Orang-orang berlarian dan ambulans sedang mengevakuasi para martir," ujarnya.

"Dua hari terakhir ini, ada pembicaraan tentang pasukan internasional di Gaza," kata Noha Fathi, yang mengungsi dari Jalur Gaza utara kepada Al-Mawasi. "Tapi hari ini, puluhan korban  terbunuh di Jalur Gaza tanpa peringatan. Dunia tak memberi kita harapan untuk bermimpi, tetapi membuat kita selalu menginginkan kematian," katanya.

Ia menambahkan, "Kita tak sanggup menanggung ini. Kita ingin perang berakhir sepenuhnya, atau penyeberangan dibuka. Kita berada di penjara kematian. Kita tak sanggup terus hidup seperti ini: pengeboman, kematian, pengepungan, pengungsian."

Israel Mengakui Aksinya

Tentara Israel mengakui eskalasi serangannya terhadap Gaza kemarin dengan mengatakan bahwa mereka menyerang target Hamas sebagai respons atas apa yang mereka katakan sebagai serangan terhadap pasukannya di daerah Khan Yunis.

Sementara itu, Radio Angkatan Darat Israel, mengutip sumber keamanan, melaporkan bahwa Angkatan Udara menargetkan pertemuan para pemimpin Hamas di wilayah Zeitoun, sebelah timur Gaza.

Menurut sumber keamanan Israel, tentara Israel berdalih bahwa diantara para pemimpin yang menjadi sasaran adalah komandan Batalyon Zeitoun, wakil komandan wilayah tersebut, dan kepala unit angkatan laut di Brigade Izz ad-Din al-Qassam.

Hamas mengutuk "pembantaian mengerikan di kota Gaza dan Khan Younis," dan menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menolak klaim Israel yang mengaku pasukannya ditembaki.

Hamas mengatakan bahwa ini adalah upaya yang lemah dan transparan untuk membenarkan kejahatan dan pelanggaran penjajah yang belum berhenti.

Gerakan itu menambahkan bahwa serangan Israel merupakan eskalasi berbahaya dimana Netanyahu, yang mereka gambarkan sebagai penjahat perang, berupaya melanjutkan genosida terhadap rakyat Palestina.

Ia menunjukkan bahwa eskalasi Israel sejak penandatanganan perjanjian gencatan senjata pada 10 Oktober lalu, telah mengakibatkan lebih dari 300 meninggal dunia dengan berlanjutnya kebijakan penghancuran dan peledakan rumah-rumah, dan penutupan perbatasan darat Rafah .

Hamas mendesak pemerintah AS untuk memenuhi komitmen yang dinyatakannya, dan untuk memberikan tekanan segera dan serius untuk mengekang pendudukan Israel, dan memaksanya untuk menghormati gencatan senjata dan menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina.

Ia juga meminta para mediator di Mesir, Qatar dan Turki, sebagai penjamin perjanjian gencatan senjata, untuk memenuhi komitmen mereka dan memaksa pendudukan untuk segera mengakhiri pelanggarannya yang mengancam proses gencatan senjata.

Perang genosida Israel di Jalur Gaza dimulai sejak 7 Oktober 2023, dan berhenti dua tahun kemudian berdasarkan perjanjian gencatan senjata, setelah Israel membunuh lebih dari 69.000 warga Palestina yang menjadi dan melukai lebih dari 170.000 orang lainnya, dimana kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Sabang just now

Welcome to TIMES Sabang

TIMES Sabang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.