TIMES SABANG, MALANG – Dalam rangka memperluas jangkauan informasi pengelolaan hutan, KPH Perhutani Malang menjalin kolaborasi dengan TIMES Indonesia, media online berjejaring di Indonesia.
Hal itu dimulai dengan audiensi tim TIMES Indonesia dengan Adm KPH Perhutani Malang, Kelik Djatmiko beserta jajaran pada Rabu (2/7/2025) di Kantor KPH Perhutani Malang, Jl Dr Cipto 14 Kota Malang.
Dalam kesempatan ini, Kelik Djatmiko mengungkapkan bahwa KPH Perhutani Malang memiliki cakupan wilayah yang sangat luas - membentang dari Kasembon di bagian barat hingga Poncokusumo di sisi timur, serta Singosari di batas utara hingga Pantai Selatan.
Menurutnya, luas wilayah cakupan KPH Perhutani Malang adalah 90 hektare. Namun ia menegaskan jika dari luas wilayah itu, sekitar 43 ribu hektare adalah hutan lindung yang tak bisa dieksploitasi sembarangan.
"Jadi tanggung jawab sosial, juga concern kami dalam mengelola hutan, adalah adanya kawasan hutan dengan pengelolaan khusus dan ada kawasan Perhutani yang dialihkelolakan kepada kelompok masyarakat," ujar Kelik.
Ia mengaku tugas Perhutani tak bisa dibilang ringan dengan wilayah yang begitu luas namun SDM yang harus menangani hanya berjumlah 220 orang.
Selain itu, Kelik juga menegaskan bahwa potensi hutan yang begitu luas tidak bisa dipetik manfaatnya secara langsung seperti sektor pertanian. Komoditas kayu dan getah yang diandalkan, baru bisa dipanen 20 hingga 30 tahun.
Namun di balik itu, ada potensi lain yang bisa diangkat yakni sektor wisata. Menurut Kelik, ada 100 lebih tempat wisata yang dikelola Perhutani bersama masyarakat.
"Kalau Perhutani sendiri tidak punya modal. Namun kita terbuka dengan entitas bisnis manapun dalam mengelola wisata ini," ujarnya.
Antara Tuhan dan Hutan
Di kesempatan yang sama, Kelik Djatmiko juga memaparkan keyakinannya akan kedekatan Tuhan dan hutan. Sebagaimana dekat ejaan kata keduanya, Kelik meyakini jika Tuhan dan hutan memiliki kaitan mendalam.
"Begitu kita hadir di tengah hutan, Tuhan serasa dekat karena kita bisa mengagumi keagungan-Nya. Rasa keheningan, cinta alam, bagaimana kita bisa merasakan nikmat bermunajat dan kebesaran ilahi. Tempat yang paling cocok untuk itu adalah hutan," ucapnya.
Oleh karena itulah, tak bisa diabaikan bagaimana hutan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Menghadapi alih fungsi hutan menjadi areal perkebunan dan pertanian, di mata Kelik, merupakan sesuatu yang berat tapi tak bisa dihindari.
"Hutan jadi ladang tebu, kentang, kobis, singkong - itu membuat trenyuh. Tapi masyarakat butuh bagaimana bertahan hidup. Ini dua kepentingan yang saling bertentangan antara kepentingan perut dan konservasi," ucapnya.
Untuk itu, Kelik menegaskan pentingnya keseimbangan dalam mengelola tiga fungsi utama hutan yakni fungsi ekologi, fungsi ekonomi dan fungsi sosial.
"Masyarakat butuh makan, tapi tidak bisa mengabaikan fungsi ekologi. Sementara Perhutani yang harus menghidupi perusahaan dari pengelolaan hutan, tak bisa pula mengabaikan fungsi sosial," paparnya.
Kelik menyatakan bahwa KPH Perhutani Malang sudah memiliki Sertifikat Pengelolaan Lestari. Sertifikat ini berlaku selama lima tahun dan setiap tahun dilakukan re-sertifikasi.
"Kita sadari pengelolaan hutan belum maksimal, tapi kita akomodir kepentingan stakeholder dalam pengelolaan hutan," tegasnya.
Kolaborasi dan Penyebaran Informasi
Sementara Pemimpin Redaksi TIMES Indonesia, Yatimul Ainun menyambut baik kolaborasi dengan KPH Perhutani Malang.
Menurutnya, banyak media online di Indonesia saat ini tapi sedikit yang memiliki kredibilitas seperti badan hukum dan terverifikasi faktual dewan pers.
Mengusung visi jurnalisme positif, ia menegaskan jika TIMES Indonesia merupakan media yang tepat untuk membagikan informasi pengelolaan hutan kepada masyarakat.
Kami siap membantu di sektor brand untuk Perhutani. Kami bahkan siap support publikasi karya Perhutani dalam mendukung Ketahanan Pangan Nasional," ujar Gus Ainun, sapaan akrabnya.
Di era bisnis digital saat ini, Gus Ainun menegaskan jika kolaborasi adalah kuncinya. Untuk itu, TIMES Indonesia siap mendorong kinerja KPH Perhutani Malang dengan dukungan basis data yang akurat.
Mengelola Hutan dengan Cinta
Adm KPH Perhutani Malang, Kelik Djatmiko menambahkan jika kolaborasi dengan media, termasuk TIMES Indonesia, adalah dalam rangka memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang kinerja perusahaan.
"Karena apa yang kami lakukan dalam menghidupi perusahaan dari pengelolaan hutan, juga bagaimana dampaknya untuk kesejahteraan masyarakat, selama ini jarang diketahui publik," ujarnya.
Untuk mendorong kinerja KPH Perhutani Malang, Kelik memiliki visi besar. Didasari kata yang sudah lazim didengar yakni 'Malang is so beautiful', ia menginginkan kinerja Perhutani didasarkan pada cinta dan kasih sayang.
"Evertyhing, we love you. Kita kelola KPH Perhutani Malang ini dengan kasih dan sayang. Melihat hutan, melihat pohon, melihat hal sekecil apapun - everything, we love you," katanya.
Hal ini berlaku pula untuk potensi wisata, apalagi Malang sudah identik dengan wisata. "Brand Malang itu wisata, kita harus lengkapi dengan pengelolaan yang penuh dengan rasa kasih sayang," ungkapnya.
Dan untuk mewujudkan misi itu, Kelik menanamkan pada jajaran KPH Perhutani Malang bahwa semua itu harus dimulai dari diri sendiri. "Semuanya dimulai dari saya sendiri. Begitu pula dengan kita semua, harus dimulai dari diri sendiri," pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Perluas Informasi, KPH Perhutani Malang Jalin Kolaborasi dengan TIMES Indonesia
Pewarta | : Ferry Agusta Satrio |
Editor | : Ronny Wicaksono |